Perennialisme diambil dari kata perennial, yang artinya
kekal dan abadi, dari makna yang terkandung dalam kata itu’ aliran
Perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang teguh pada
nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali
atau proses mengembalikan keadaan sekarang kepada masa lampau. Perenialisme
memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan
dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat
ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan
kemungkinan bagi seorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah,
perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas
merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat
yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir
secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat
dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah
modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha
mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan
karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini
merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka
yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah,
filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan
lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman
dulu.
Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik ke
arah kematangan. Matang dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu
mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan
pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional
seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting
bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan,
mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan.
Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran
(pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam
bidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah
mendidik dan mengajarkan.
Prinsip-prinsip pendidikan Perennialisme
Di bidang pendidikan, Perennialisme saangat dipengaruhi
oleh: Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran Plato
tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum
universal. Maka tujuan utama pendidikan adalah “ membina pemimpin yang sadar
dan mempraktekan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga
potensi, yaitu : nafsu, kemauan, dan pikiran. Bagi Aristoteles, tujuan
pendidikan adalah ‘kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka
aspek jasmani, emosi, dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.
Seperti halnya Plato dan Aristoteles, tujuan pendidikan
yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah sebagai “Usaha mewujudkan kapasitas
yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini
peranan guru adalah mengajar – memberi bantuan pada anak didik untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar