Aliran Progressivisme adalah suatu aliran yang sangat
berpengaruh di abad ke-20 ini. Pengaruh ini sangat terasa sekalli khususnya di
Amerika Serikat. Usaha pembaharuan dalam dunia pendidikan pada umumnya
terdorong oleh aliran Progressivisme ini. Biasanya aliran ini dihubungkan
dengan pandangan hidup liberal –“The liberal road to
culture”. Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan
asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi
semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini
beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk
kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme,
karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji
kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran
ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan
(Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229).
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar
di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar
kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik
secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui
pendidikan yang otoriter.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang
isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah
bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan
pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah
di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang
apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah,
fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah
sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Sifat-sifat
aliran Progressivisme
1. Sifat-sifat
Negatif, dalam artian bahwa, Progressivisme menolak otoritarisme dan
absolutisme dalam segala bentuk, seperti terdapat dalam agama, politik, etika
dan epitemologi.
2. Sifat-sifat
Positif, dalam arti bahwa Progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan
alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari alam
sejak lahir.
Maka tugas pendidikan menurut pragmatisme, ialah meneliti
sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia itu dan menguji
kesanggupan-kesanggupan itu dalam pekerjaan praktis.
Perkembangan aliran Progressivisme
Dalam asas modern – sejak abad ke-16 Francis Bacon, John
Locke, Rousseau, Kant dan Hegel dapat dapat disebut sebagai
penyumbang-penyumbang dalam proses terjadinya aliran pragmatisme-Progressivisme.
Dalam abad ke-19 dan ke-20 ini tokoh-tokoh pragmatisme terutama terdapat di
Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan
sumbangan pada pragmatisme karena kepercayaan mereka akan demokrasi dan
penolakan terhadap sikap dogmatis, terutama dalam agama.
Keyakinan-keyakinan Progressivisme
tentang pendidikan
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan
sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak
didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan,
sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang
isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah
bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan
pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah
di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik
tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk
itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah
sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus
dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya
berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan
juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga
anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk
itulh sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar