Filsafat ternyata mengajarkan kita untuk bertanya terlebih
dahulu sebelum sampai di wilayah filsafat itu sendiri. Kalau kita sudah membuat
satu pertanyaan penting dalam hidup kita, maka kita akan berjalan menuju
wilayah filsafat dengan pasti. Jadi, sudahkah Anda membuat pertanyaan itu?
Misalnya begini. Apakah yang dinamakan blog itu? Secara
sederhana tentu kita dapat menjawab bahwa blog adalah “satu tempat di mana kita
dapat berekspresi secara bebas di dunia digital”. Atau, mungkin Anda punya
jawaban ini, blog adalah “diari elektronik”.
Nah, dari pertanyaan sederhana tentang blog saja, kita sudah
mendapat dua jawaban yang berbeda. Jawaban pertama sepertinya terlalu formal,
dan jawaban yang kedua lebih mudah kita ingat. Ini sudah menimbulkan sedikit
masalah sebenarnya, karena kita mungkin bingung untuk memilih jawaban yang
pertama apa jawaban kedua. Atau, malah Anda punya jawaban lain?
Bertambahnya jawaban, walaupun hanya satu, menandakan bahwa
pikiran yang bingung mulai berkembang untuk mengatasi masalah tersebut. Ada
jawaban A, B, hingga Z mungkin. Oleh karenanya, dibutuhkan kemauan dan
kesanggupan kita untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam konteks ini, filsafat
sebenarnya membantu kita untuk menata persoalan. Dalam kasus di atas, kalau
kita memiliki jawaban lain yang mengatakan bahwa blog itu adalah “cara baru
untuk bertegur sapa”, kenapa tidak kita coba aja membandingkannya dengan
jawaban di atas.
A : Blog adalah “satu
tempat di mana kita dapat berekspresi secara bebas di dunia digital”.
B : Blog adalah
“diari elektronik”.
C : Blog adalah “cara
baru untuk bertegur sapa”.
Tiga pengertian di atas kalau diambil benang merahnya akan
terdiri dari beberapa istilah penting, yaitu: “tempat”, “ekspresi”, “bebas”,
“dunia digital”, “diari”, “elektronik”, “cara”, dan “tegur sapa”.
Istilah-istilah ini bisa dirangkai lagi menjadi pengertian baru menjadi:
Blog adalah “cara berekspresi di
dunia digital atau diari yang kita buat secara elektronik dan menjadi tempat
untuk bertegur sapa dengan bebas”.
Berdasarkan definisi di atas, maka muncul jawaban baru yang
merangkum semua jawaban. Inilah gambaran sederhana bagaimana berfilsafat.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, filsafat itu adalah “cara untuk
memahami sesuatu”. Itu sudah diterapkan pada langkah-langkah kita untuk
mensarikan jawaban baru untuk pengertian blog dari tiga jawaban
sebelumnya.
Jadi, inilah salah satu alasan kenapa seseorang belajar
filsafat, yaitu butuh satu cara untuk lebih memahami masalah-masalahnya;
memahami keluarga, saudara, kerabat, sahabat, teman, kolega, orang asing, dan
macammacam orang yang sejenis dengan “manusia”, juga yang terpenting memahami
tujuan hidupnya sendiri.
Pada tingkat yang lebih jauh, dengan belajar filsafat atau
tepatnya belajar memahami secara lebih baik, seseorang tidak akan menjadi egois
alias mengaku yang paling benar. Kalau ada seseorang yang suka menyalahkan
orang, berarti dia belum belajar filsafat. Dia hanya “belajar teori filsafat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar