Jumat, 14 Oktober 2016

Belajar Filsafat Atau Berfilsafat?



 Dalam mempelajari filsafat, sebenarnya ada dua model yang mungkin dapat digunakan sebagai pilihan. Pertama, mempelajari filsafat secara teoretis, dan yang kedua, mempelajari filsafat secara praktis. Pada pilihan yang pertama, kita dihadapkan pada keharusan untuk belajar filsafat secara teknis dari buku-buku, seminar, kursus, ataupun melalui perkuliahan di pendidikan tinggi. Apa yang kita pelajari di sini adalah “pikiran orang lain tentang filsafat”. Ini sama artinya kita dituntut untuk memahami orang lain dalam kerangka sejarah berpikir umat manusia. 


Dalam model yang kedua, ketika kita mempelajari filsafat secara praktis, maka kita akan belajar filsafat melalui hal-hal yang sederhana. Jalan ini sebenarnya sudah dipraktekkan jauh-jauh hari sebelum abad masehi oleh Thales dari Miletos, Yunani. Beliau mempelajari alam sekitarnya untuk mendapatkan kesimpulan bahwa hakikat segala sesuatu terletak pada air sebagai zat yang paling mendasar. Jadi, melalui pemahaman Thales akan dunia sekitarnya, filsafat dipraktekkan sebagai jalan untuk memahami sesuatu. Pada konteks ini, sesuatu yang ingin dipahami Thales adalah dunia. 

Nah, sehubungan dengan dua model belajar filsafat ini, maka kita dapat saja memilih salah satunya. Bila jalan pertama yang ditempuh, pada tingkatan yang lebih lanjut, seseorang akan terarah menjadi seorang “ahli filsafat”. Sedangkan bila jalan kedua yang ditempuh, maka akan terarah menjadi “filsuf”. Lalu, apa bedanya ahli filsafat dengan filsuf? 
 
Ahli filsafat sebenarnya lebih banyak menguasai teori yang diungkapkan oleh para filsuf tentang hakikat sesuatu. Dia ini bekerja untuk menguji benar tidaknya teori-teori filsafat secara akademis. Bila seorang ahli filsafat mampu mengkritik dan membangun suatu pandangan baru dari teori filsafat yang diujinya, maka ahli filsafat statusnya bergeser menjadi filsuf. 

Khusus untuk filsuf, dia ini sebenarnya adalah orang yang mempraktikkan filsafat baik secara langsung ataupun tidak langsung, hingga dia mendapatkan kesimpulan atas hakikat sesuatu hal yang berbeda dari pandangan kebanyakan orang umumnya. Pandangannya atas sesuatu hal biasanya sangat khas dan merupakan pandangan yang baru untuk sesuatu halnya itu. Filsuf tidak mesti berasal dari ahli filsafat karena mungkin saja seseorang punya suatu teori filsafat tanpa harus belajar filsafat secara teknis. Namun, seseorang akan disebut filsuf bila ia diakui telah menelurkan teori filsafat yang dapat diuji secara akademis. 

Dengan demikian, belajar filsafat dapat memiliki beberapa maksud. Ada maksud hanya ingin mengetahui filsafat itu seperti apa. Ada yang belajar filsafat karena tertarik dengan apa yang dipelajarinya, ada yang karena ingin menjadi seorang ahli filsafat atau filsuf, atau belajar filsafat karena suatu kebutuhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar