- Pengertian Filsafat
- Pengertian Filsafat Pendidikan
- Pengertian Filsafat Matematika
- Cabang-Cabang Filsafat
- Penerapan Filsafat Pendidikan
- Tujuan Filsafat Pendidikan
- Fungsi Filsafat Pendidikan
- Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
- Aliran Progressivisme
- Aliran Esensialisme
- Aliran Perennialisme
- Aliran Rekontruksionalisme
- Aliran Eksistensialisme
- Aliran Idealisme
- Mengenal Immanuel Kant
- Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
- Mengkaji Pertanyaan Immanuel Kant
- Pemikiran Immanuel Kant Mengenai Metafisika, Etika, Agama dan Tuhan, dan Juga Manusia
- Berfilsafat Itu Berpikir
- Mengapa Belajar Filsafat?
- Belajar Filsafat Atau Berfilsafat?
- Belajar Filsafat Dengan Mudah dan Sederhana
- Pengertian Umum Filsafat Menurut Para Ahli
- Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
- Hubungan Filsafat dengan Agama
- Kenapa Harus Seperti Pohon Bambu?
- Belajar Mendengar
- Luangkan Waktumu
- THE PHILOSOPHY OF MATHEMATICS EDUCATION
- Lanjutan BAB 1
- BAB 2
- Filosofi Kopi
- Asal-Usul Manusia Menurut Islam
- Manusia dalam Pandangan Filsafat
- Makna Menjadi Manusia
- Makna Berfikir
- Makna Pengetahuan
- Berfikir Dan Pengetahuan
- Manusia Dan Binatang
- Mengapa Manusia Perlu Pengetahuan?
- Proses Berpikir Bagi Manusia
- Perbedaan Manusia Purba dan Manusia Modern
- Asal kata Banten
- Asal kata suku Banten
- Serambi Madinah
- Pernah Belajar?
- 10 Pertanyaan Filosofi yang Bisa Ubah Hidupmu Lebih Bermakna, Berani Jawab?
- Filosofi Kehidupan dari Naik Gunung
- Filosofi Indonesia
- Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
- Filosofi Kehidupan Kucing
- Filosofi Puasa Ramadhan Menurut Imam Muhammad al-Ghazali
- Jihadku Untukmu Ibu
- Pernah Belajar?
- 10 Pertanyaan Filosofi yang Bisa Ubah Hidupmu Lebih Bermakna, Berani Jawab?
- Filosofi Kehidupan dari Naik Gunung
- Belajar dari Proses Hidup Kupu-Kupu
- Sejarah Permainan Congklak
- Nilai Karakter dan Filosofi Dibalik Permainan Tradisional Gobak Sodor
- Belajar dari Filosofi Permainan Catur Dalam Kehidupan
- Terapkan Filosofi Pohon Bambu agar Sukses jadi Pengusaha
- Kumpulan Pelajaran Hidup dari Sebatang Pohon
- Belajar Hidup Pantang Menyerah dari Fiosofi Pohon Pisang
- Makna Filosofi Pohon Kelapa, Inspirasi Kehidupan yang Sejahtera
- Makna Filosofi Warna dalam Kehidupan
- Maukah Kamu Jadi Lilin?
- Filosofi Hujan
- Makna Filosofi Bersepeda yang Menginspirasi Hidup
- Darimana Kebahagian Itu Sebenarnya?
- 9 Filosofi yang Diajarkan Hujan Soal Hidup dan Menjadi Manusia
- 6 Filosofi Pak Habibie yang Bikin Kita Sadar Kalau Sukses Bukan Milik yang Ber-IPK Tinggi Saja
- Tanda Nyata Kalau Kamu Akan Lebih Sukses di Tahun 2017
- 5 Cara Ampuh Tetap Produktif Tanpa Harus Merasa Tertekan dengan Checklist
- 8 Aturan Hidup yang Harus Dimiliki Wanita Tangguh Masa Kini, Apa Itu Kamu?
- 9 Kebiasaan di Hari Minggu Sore yang Cuma Dilakukan Orang Sukses. Apa Kamu Juga Sama?
- Apapun yang Terjadi, Cintailah Dirimu Sendiri Kalau Ingin Tetap Eksis dan Happy!
- Filosofi Embun Pagi
- Filosofi Truk Sampah
- Kumpulan Filsafat Kehidupan - Khalil Gibran
- Jaman Sudah Edan
- Jika Aku Menjadi.... !
- Isi Hati Anak Rantau kepada Orang Tua Kami yang Jauh Di Sana
- Mengenal Lebih Jauh Tentang Kopi Dan Penyebarannya
- Falsafah Hidup Penyejuk Hati
- Isa Dan Al-Fatihah – Rahasia Tersembunyi?
- Apakah arti hidup dan tujuan hidup manusia?
- Falsafah Hidup
- siapa filosof yang membagi alam menjadi 3 alam?
- Tahukah Anda Awal Mula Matematika?
- Filsafat Ilmu
- Perkembangan Filsafat Ilmu
- Ontologi Filsafat
- Epistimologi Filsafat
- Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
- Ukuran Kebenaran Filsafat
- Aksiologi Filsafat
- Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah
- Filsafat Hukum
- Filsafat Hukum Islam
- Peranan Filsafat Hukum Islam dalam Menalar Hukum
- Hubungan Ilmu, Filsafat Dan Agama
- Filsafat Dalam Penerapan Kehidupan
- Orang Berfilsafat Itu Selalu Berpikir, Tapi… Apakah Orang Berpikir Itu Selalu Berfilsafat?
- Berpikir Secara Radikal, Bebas Dan Komprehensif
- 4 Tipe Kepribadian Manusia (Plegmatis, Melankolis, Sanguinis, Koleris)
- “Ruang Hening” untuk Perdamaian Dunia
- Filsafat dan Kemandirian Berpikir
- Mengapa Kita “Tidak Perlu” Belajar Filsafat?
- Dua Sayap Pendidikan
- Kita Sudah Lelah
- Apa Yang Terpenting?
- Pendidikan dan Kemajuan Ekonomi
- Filsafat Politik Sebagai Filsafat Kesadaran
- Filsafat Sebagai Terapi Depresi
Filsafat Ilmu Pendidikan
Sabtu, 31 Desember 2016
[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Minggu, 25 Desember 2016
Filsafat Sebagai Terapi Depresi
Banyak
orang hidup dalam depresi sekarang ini. Tuntutan pekerjaan, masalah rumah
tangga serta beragam tantangan hidup lainnya mendorong orang masuk ke dalam
depresi. Dalam arti ini, depresi dapat dilihat sebagai keadaan emosional yang
dipenuhi kesedihan dan kekecewaan dalam jangka waktu lebih dari dua bulan. Ada
beragam teori tentang ini. Namun, dua bulan hidup dalam keadaan batin yang
menyakitkan, pada hemat saya, sudah menandakan, bahwa orang masuk ke dalam
depresi.
Depresi
membuat orang tak bisa menikmati hidup. Segalanya terlihat salah. Hal-hal kecil
seringkali memancing beragam emosi negatif di dalam diri. Keadaan ini berlangsung
cukup lama, dan seringkali disertai dengan gejala senang berlebihan, yang
kemudian dilanjutkan pula dengan kesedihan berlebihan.
Filsafat Politik Sebagai Filsafat Kesadaran
Setelah sekitar 15 tahun mendalami filsafat politik, saya
semakin sadar, bahwa filsafat politik, pada hakekatnya, adalah filsafat
kesadaran. Esensi dari filsafat politik adalah filsafat kesadaran. Dua konsep
ini, yakni filsafat politik dan filsafat kesadaran, tentu perlu dijelaskan
terlebih dahulu. Mari kita mulai dengan arti dasar dari filsafat.
Pendidikan dan Kemajuan Ekonomi
Banyak orang mengira, bahwa tingkat pendidikan seseorang
langsung terkait dengan perkembangan tingkat ekonominya. Artinya, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinannya untuk
menjadi kaya. Anggapan ini tersebar begitu luas dan tertanam begitu dalam di
berbagai masyarakat di dunia. Anggapan ini juga menjadi dasar dari begitu
banyak kebijakan pendidikan di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.
Penelitian Terbaru
Berbagai
penelitian terbaru di Jerman dan Austria juga mendukung anggapan ini. Ludger
Wössmann menulis artikel berdasarkan penelitiannya dengan judul Gute Bildung
schafft wirtschaftlichen Wohlstand: Bildung aus bildungsökonomischer
Perspektive (2012). Ia menegaskan, bahwa pendidikan yang tepat akan
mendorong seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang bermutu untuk
mengembangkan hidupnya. Namun, ia juga mengingatkan, bahwa pendidikan yang
terpaku pada aspek ekonomi belaka justru akan mengurangi daya saing seseorang
di pasar tenaga kerja.
Hasil
penelitian Wössmann ini ditunjang oleh penelitian serupa yang dibuat di Austria
dengan judul Bildung 2025 – Die Rolle von Bildung in der österreichischen
Wirtschaft (2015). Pendidikan yang murah dan bermutu akan meningkatkan
kualitas tenaga kerja, dan akhirnya juga akan mendorong perkembangan ekonomi
keseluruhan. Namun, yang dibutuhkan adalah pendidikan yang bersifat lintas ilmu
dan lintas budaya. Pendidikan semacam itu tidak hanya akan menghasilkan
manusia-manusia yang terampil bekerja, tetapi juga kreatif di dalam menemukan
ide-ide baru untuk mengembangkan diri dan masyarakatnya.
Penelitian
yang dibuat di dalam OECD-Studie (Organisation for Economic
Cooperation and Development- terdiri dari 34 negara) (2013) juga memberikan
kesimpulan yang sama. Kualitas pendidikan yang baik serta terjangkau mendorong
tingkat ekonomi suatu negara. Tidak hanya itu, pendidikan yang terjangkau dan
bermutu juga mendorong daya tahan suatu negara, ketika krisis melanda. Model
Jerman, dengan pemisahan antara pendidikan universitas yang teoritik-abstrak
dan pendidikan Ausbildung yang berfokus langsung pada keterampilan
kerja, menjadi model yang layak dijadikan contoh bagi negara-negara lain.
Ketiga
penelitian yang saya kutip di atas juga menegaskan, bahwa pendidikan haruslah
mengambil bentuk campuran (Mix-Qualifikationen). Ia tidak boleh hanya
mengajarkan satu hal semata secara dogmatis. Di samping itu, ia juga harus
terjangkau oleh rakyat banyak. Negara harus mencari cara untuk memberikan
subsidi bagi lembaga-lembaga pendidikan, sehingga ia terjangkau oleh seluruh
rakyat, dan jika perlu bebas biaya sama sekali.
Pendidikan yang Memperbodoh
Pendidikan
yang hanya berfokus pada satu hal saja justru menghancurkan tujuan pendidikan
itu sama sekali. Dengan kata lain, pendidikan semacam itu hanya memperbodoh
peserta didik. Di banyak negara, juga di Indonesia, banyak lembaga pendidikan
berfokus semata pada pendidikan ekonomi. Model pendidikan yang hanya terpaku
pada pendidikan ekonomi sempit semata justru akan menghancurkan dunia
pendidikan itu sendiri, dan memperlambat kemajuan ekonomi, atau bahkan justru
merusaknya.
Apa Yang Terpenting?
September
2015, industri mobil dunia terguncang oleh skandal. Volkswagen, salah satu
produsen terbesar mobil dunia asal Jerman, melanggar ketentuan terkait dengan
jumlah emisi mobil-mobil hasil produksinya. Harga saham Volkswagen menurun
drastis. Pemecatan besar-besaran serta denda milyaran Euro pun sudah menunggu
di depan mata.
Kita Sudah Lelah
Pembakaran
hutan di Indonesia adalah masalah lama. Ini sudah terjadi bertahun-tahun.
Namun, masalah ini semakin besar belakangan ini, ketika asap mulai menutupi
beragam tempat di Indonesia dan beberapa negara tetangga. Kerugian yang
diciptakan oleh musibah ini menyentuh berbagai bidang kehidupan.
Dua Sayap Pendidikan
Di
berbagai negara, kita menemukan banyak pejabat politik yang terjebak korupsi.
Mereka memiliki gelar pendidikan tinggi. Mereka juga memiliki nama baik di
lingkungan sosialnya. Namun, latar belakang pendidikan tinggi, pengetahuan
agama, serta nama baik sama sekali tidak menghalangi mereka untuk mencuri dan
merugikan orang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)