Sabtu, 31 Desember 2016

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

  1. Pengertian Filsafat
  2. Pengertian Filsafat Pendidikan
  3. Pengertian Filsafat Matematika 
  4. Cabang-Cabang Filsafat
  5. Penerapan Filsafat Pendidikan
  6. Tujuan Filsafat Pendidikan 
  7. Fungsi Filsafat Pendidikan   
  8. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan   
  9. Aliran Progressivisme 
  10. Aliran Esensialisme  
  11. Aliran Perennialisme 
  12. Aliran Rekontruksionalisme
  13. Aliran Eksistensialisme 
  14. Aliran Idealisme 
  15. Mengenal Immanuel Kant  
  16. Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant  
  17. Mengkaji Pertanyaan Immanuel Kant  
  18. Pemikiran Immanuel Kant Mengenai Metafisika, Etika, Agama dan Tuhan, dan Juga Manusia  
  19. Berfilsafat Itu Berpikir  
  20. Mengapa Belajar Filsafat?  
  21. Belajar Filsafat Atau Berfilsafat?  
  22. Belajar Filsafat Dengan Mudah dan Sederhana  
  23. Pengertian Umum Filsafat Menurut Para Ahli   
  24. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan  
  25. Hubungan Filsafat dengan Agama  
  26. Kenapa Harus Seperti Pohon Bambu?  
  27. Belajar Mendengar  
  28. Luangkan Waktumu  
  29. THE PHILOSOPHY OF MATHEMATICS EDUCATION 
  30. Lanjutan BAB 1 
  31. BAB 2  
  32. Filosofi Kopi  
  33. Asal-Usul Manusia Menurut Islam 
  34. Manusia dalam Pandangan Filsafat 
  35. Makna Menjadi Manusia 
  36. Makna Berfikir  
  37. Makna Pengetahuan  
  38. Berfikir Dan Pengetahuan 
  39. Manusia Dan Binatang 
  40. Mengapa Manusia Perlu Pengetahuan?  
  41. Proses Berpikir Bagi Manusia 
  42. Perbedaan Manusia Purba dan Manusia Modern  
  43. Asal kata Banten  
  44. Asal kata suku Banten  
  45. Serambi Madinah  
  46. Pernah Belajar?  
  47. 10 Pertanyaan Filosofi yang Bisa Ubah Hidupmu Lebih Bermakna, Berani Jawab?  
  48. Filosofi Kehidupan dari Naik Gunung  
  49. Filosofi Indonesia  
  50.   Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 
  51. Filosofi Kehidupan Kucing  
  52. Filosofi Puasa Ramadhan Menurut Imam Muhammad al-Ghazali  
  53. Jihadku Untukmu Ibu  
  54. Pernah Belajar?  
  55. 10 Pertanyaan Filosofi yang Bisa Ubah Hidupmu Lebih Bermakna, Berani Jawab?  
  56. Filosofi Kehidupan dari Naik Gunung  
  57. Belajar dari Proses Hidup Kupu-Kupu  
  58. Sejarah Permainan Congklak  
  59. Nilai Karakter dan Filosofi Dibalik Permainan Tradisional Gobak Sodor  
  60. Belajar dari Filosofi Permainan Catur Dalam Kehidupan  
  61. Terapkan Filosofi Pohon Bambu agar Sukses jadi Pengusaha  
  62. Kumpulan Pelajaran Hidup dari Sebatang Pohon  
  63. Belajar Hidup Pantang Menyerah dari Fiosofi Pohon Pisang  
  64. Makna Filosofi Pohon Kelapa, Inspirasi Kehidupan yang Sejahtera  
  65. Makna Filosofi Warna dalam Kehidupan  
  66. Maukah Kamu Jadi Lilin?  
  67. Filosofi Hujan  
  68. Makna Filosofi Bersepeda yang Menginspirasi Hidup  
  69. Darimana Kebahagian Itu Sebenarnya?  
  70. 9 Filosofi yang Diajarkan Hujan Soal Hidup dan Menjadi Manusia  
  71. 6 Filosofi Pak Habibie yang Bikin Kita Sadar Kalau Sukses Bukan Milik yang Ber-IPK Tinggi Saja  
  72. Tanda Nyata Kalau Kamu Akan Lebih Sukses di Tahun 2017  
  73. 5 Cara Ampuh Tetap Produktif Tanpa Harus Merasa Tertekan dengan Checklist  
  74. 8 Aturan Hidup yang Harus Dimiliki Wanita Tangguh Masa Kini, Apa Itu Kamu?  
  75. 9 Kebiasaan di Hari Minggu Sore yang Cuma Dilakukan Orang Sukses. Apa Kamu Juga Sama?  
  76. Apapun yang Terjadi, Cintailah Dirimu Sendiri Kalau Ingin Tetap Eksis dan Happy!  
  77. Filosofi Embun Pagi  
  78. Filosofi Truk Sampah  
  79. Kumpulan Filsafat Kehidupan - Khalil Gibran  
  80. Jaman Sudah Edan  
  81. Jika Aku Menjadi.... !  
  82. Isi Hati Anak Rantau kepada Orang Tua Kami yang Jauh Di Sana  
  83. Mengenal Lebih Jauh Tentang Kopi Dan Penyebarannya  
  84. Falsafah Hidup Penyejuk Hati  
  85. Isa Dan Al-Fatihah – Rahasia Tersembunyi?  
  86. Apakah arti hidup dan tujuan hidup manusia?  
  87. Falsafah Hidup  
  88. siapa filosof yang membagi alam menjadi 3 alam?  
  89. Tahukah Anda Awal Mula Matematika?  
  90. Filsafat Ilmu  
  91. Perkembangan Filsafat Ilmu  
  92. Ontologi Filsafat  
  93. Epistimologi Filsafat  
  94. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat  
  95. Ukuran Kebenaran Filsafat  
  96. Aksiologi Filsafat  
  97. Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah  
  98. Filsafat Hukum  
  99. Filsafat Hukum Islam  
  100. Peranan Filsafat Hukum Islam dalam Menalar Hukum  
  101. Hubungan Ilmu, Filsafat Dan Agama  
  102. Filsafat Dalam Penerapan Kehidupan  
  103. Orang Berfilsafat Itu Selalu Berpikir, Tapi… Apakah Orang Berpikir Itu Selalu Berfilsafat?  
  104. Berpikir Secara Radikal, Bebas Dan Komprehensif  
  105. 4 Tipe Kepribadian Manusia (Plegmatis, Melankolis, Sanguinis, Koleris)  
  106. “Ruang Hening” untuk Perdamaian Dunia  
  107. Filsafat dan Kemandirian Berpikir  
  108. Mengapa Kita “Tidak Perlu” Belajar Filsafat?  
  109. Dua Sayap Pendidikan  
  110. Kita Sudah Lelah  
  111. Apa Yang Terpenting?  
  112. Pendidikan dan Kemajuan Ekonomi  
  113. Filsafat Politik Sebagai Filsafat Kesadaran  
  114. Filsafat Sebagai Terapi Depresi  

Minggu, 25 Desember 2016

Filsafat Sebagai Terapi Depresi



Banyak orang hidup dalam depresi sekarang ini. Tuntutan pekerjaan, masalah rumah tangga serta beragam tantangan hidup lainnya mendorong orang masuk ke dalam depresi. Dalam arti ini, depresi dapat dilihat sebagai keadaan emosional yang dipenuhi kesedihan dan kekecewaan dalam jangka waktu lebih dari dua bulan. Ada beragam teori tentang ini. Namun, dua bulan hidup dalam keadaan batin yang menyakitkan, pada hemat saya, sudah menandakan, bahwa orang masuk ke dalam depresi.
Depresi membuat orang tak bisa menikmati hidup. Segalanya terlihat salah. Hal-hal kecil seringkali memancing beragam emosi negatif di dalam diri. Keadaan ini berlangsung cukup lama, dan seringkali disertai dengan gejala senang berlebihan, yang kemudian dilanjutkan pula dengan kesedihan berlebihan.

Filsafat Politik Sebagai Filsafat Kesadaran



Setelah sekitar 15 tahun mendalami filsafat politik, saya semakin sadar, bahwa filsafat politik, pada hakekatnya, adalah filsafat kesadaran. Esensi dari filsafat politik adalah filsafat kesadaran. Dua konsep ini, yakni filsafat politik dan filsafat kesadaran, tentu perlu dijelaskan terlebih dahulu. Mari kita mulai dengan arti dasar dari filsafat.

Pendidikan dan Kemajuan Ekonomi



Banyak orang mengira, bahwa tingkat pendidikan seseorang langsung terkait dengan perkembangan tingkat ekonominya. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinannya untuk menjadi kaya. Anggapan ini tersebar begitu luas dan tertanam begitu dalam di berbagai masyarakat di dunia. Anggapan ini juga menjadi dasar dari begitu banyak kebijakan pendidikan di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.
Penelitian Terbaru
Berbagai penelitian terbaru di Jerman dan Austria juga mendukung anggapan ini. Ludger Wössmann menulis artikel berdasarkan penelitiannya dengan judul Gute Bildung schafft wirtschaftlichen Wohlstand: Bildung aus bildungsökonomischer Perspektive (2012). Ia menegaskan, bahwa pendidikan yang tepat akan mendorong seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang bermutu untuk mengembangkan hidupnya. Namun, ia juga mengingatkan, bahwa pendidikan yang terpaku pada aspek ekonomi belaka justru akan mengurangi daya saing seseorang di pasar tenaga kerja.
Hasil penelitian Wössmann ini ditunjang oleh penelitian serupa yang dibuat di Austria dengan judul Bildung 2025 – Die Rolle von Bildung in der österreichischen Wirtschaft (2015). Pendidikan yang murah dan bermutu akan meningkatkan kualitas tenaga kerja, dan akhirnya juga akan mendorong perkembangan ekonomi keseluruhan. Namun, yang dibutuhkan adalah pendidikan yang bersifat lintas ilmu dan lintas budaya. Pendidikan semacam itu tidak hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang terampil bekerja, tetapi juga kreatif di dalam menemukan ide-ide baru untuk mengembangkan diri dan masyarakatnya.
Penelitian yang dibuat di dalam OECD-Studie (Organisation for Economic Cooperation and Development- terdiri dari 34 negara) (2013) juga memberikan kesimpulan yang sama. Kualitas pendidikan yang baik serta terjangkau mendorong tingkat ekonomi suatu negara. Tidak hanya itu, pendidikan yang terjangkau dan bermutu juga mendorong daya tahan suatu negara, ketika krisis melanda. Model Jerman, dengan pemisahan antara pendidikan universitas yang teoritik-abstrak dan pendidikan Ausbildung yang berfokus langsung pada keterampilan kerja, menjadi model yang layak dijadikan contoh bagi negara-negara lain.
Ketiga penelitian yang saya kutip di atas juga menegaskan, bahwa pendidikan haruslah mengambil bentuk campuran (Mix-Qualifikationen). Ia tidak boleh hanya mengajarkan satu hal semata secara dogmatis. Di samping itu, ia juga harus terjangkau oleh rakyat banyak. Negara harus mencari cara untuk memberikan subsidi bagi lembaga-lembaga pendidikan, sehingga ia terjangkau oleh seluruh rakyat, dan jika perlu bebas biaya sama sekali.
Pendidikan yang Memperbodoh
Pendidikan yang hanya berfokus pada satu hal saja justru menghancurkan tujuan pendidikan itu sama sekali. Dengan kata lain, pendidikan semacam itu hanya memperbodoh peserta didik. Di banyak negara, juga di Indonesia, banyak lembaga pendidikan berfokus semata pada pendidikan ekonomi. Model pendidikan yang hanya terpaku pada pendidikan ekonomi sempit semata justru akan menghancurkan dunia pendidikan itu sendiri, dan memperlambat kemajuan ekonomi, atau bahkan justru merusaknya.

Apa Yang Terpenting?



September 2015, industri mobil dunia terguncang oleh skandal. Volkswagen, salah satu produsen terbesar mobil dunia asal Jerman, melanggar ketentuan terkait dengan jumlah emisi mobil-mobil hasil produksinya. Harga saham Volkswagen menurun drastis. Pemecatan besar-besaran serta denda milyaran Euro pun sudah menunggu di depan mata.

Kita Sudah Lelah



Pembakaran hutan di Indonesia adalah masalah lama. Ini sudah terjadi bertahun-tahun. Namun, masalah ini semakin besar belakangan ini, ketika asap mulai menutupi beragam tempat di Indonesia dan beberapa negara tetangga. Kerugian yang diciptakan oleh musibah ini menyentuh berbagai bidang kehidupan.

Dua Sayap Pendidikan



Di berbagai negara, kita menemukan banyak pejabat politik yang terjebak korupsi. Mereka memiliki gelar pendidikan tinggi. Mereka juga memiliki nama baik di lingkungan sosialnya. Namun, latar belakang pendidikan tinggi, pengetahuan agama, serta nama baik sama sekali tidak menghalangi mereka untuk mencuri dan merugikan orang lain.