Setelah sekitar 15 tahun mendalami filsafat politik, saya
semakin sadar, bahwa filsafat politik, pada hakekatnya, adalah filsafat
kesadaran. Esensi dari filsafat politik adalah filsafat kesadaran. Dua konsep
ini, yakni filsafat politik dan filsafat kesadaran, tentu perlu dijelaskan
terlebih dahulu. Mari kita mulai dengan arti dasar dari filsafat.
Filsafat
adalah pemahaman tentang kenyataan yang diperoleh secara logis, kritis,
rasional, ontologis dan sistematis. Kenyataan berarti adalah segala yang ada,
mulai dari jiwa manusia, politik, ekonomi, budaya, seni sampai dengan
kesadaran. Logis berarti filsafat menggunakan penalaran akal budi manusia.
Filsafat bukanlah mistik yang melepaskan diri dari penalaran akal budi.
Pandangan
yang rasional adalah buah dari penalaran semacam ini. Rasional berarti suatu
pernyataan atau pemahaman bisa diterima dengan akal budi, lepas dari latar
belakang orang yang mendengarnya. Orang bisa berasal dari agama apapun,
termasuk ateis, namun tetap bisa memahami pernyataan tersebut. Kritis berarti
filsafat selalu mempertanyakan segala sesuatu, termasuk jawaban yang dihasilkannya
sendiri.
Dalam arti
ini, filsafat tidaklah pernah selesai. Ia bersifat terbuka, dan selalu berakhir
dengan pertanyaan baru. Ia bagaikan petualangan intelektual yang tak pernah
berhenti. Pertanyaan dan jawaban diarahkan pada unsur dasar, atau hakekat, dari
apa yang dibicarakan. Inilah yang disebut sebagai ciri ontologis dari filsafat,
yakni menggali sampai ke dasar dari apa yang sedang menjadi tema diskusi. Semua
bentuk jawaban dan pertanyaan di dalam filsafat kemudian dirumuskan secara
sistematis, yakni runtut, jelas, mudah dimengerti serta terhindar dari segala
bentuk lompatan logika ataupun pertentangan.
Politik dan Kesadaran
Filsafat
politik dan filsafat kesadaran berdiri di dalam bayang-bayang definisi filsafat
di atas. Filsafat politik adalah cabang dari filsafat yang hendak memahami
hakekat dari kehidupan politik manusia, dan memberikan arahan tentang cara
menciptakan politik yang mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi semua.
Filsafat kesadaran adalah cabang filsafat yang hendak memahami hakekat dari
kesadaran manusia. Keduanya menggunakan metode yang bersifat logis, kritis,
rasional, ontologis dan sistematis.
Filsafat
politik hendak menemukan ide dan prinsip yang memungkinkan adanya masyarakat,
atau komunitas, dalam segala bentuknya. Inilah yang disebut sebagai pendekatan
deskriptif di dalam filsafat politik. Pendekatan ini nantinya berkembang
menjadi ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, ekonomi, politik, hukum dan ilmu
budaya. Namun, filsafat politik tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga
normatif: ia menawarkan prinsip-prinsip yang memungkinkan suatu komunitas
mencapai perdamaian, keadilan dan kemakmuran bersama.
Dua
prinsip yang penting di dalam filsafat politik, yakni keadilan dan kesetaraan.
Ada beragam arti dari konsep keadilan dan kesetaraan. Filsafat politik hendak
mengupas dan mengembangkan beragam arti tersebut, dan melihat kemungkinan
penerapannya di berbagai keadaan. Dua prinsip ini menjadi nyata, ketika ia
menjadi prinsip utama di dalam berbagai institusi publik yang menata keadaan
politik sebuah komunitas.
Filsafat
politik juga memiliki ciri kritis. Ia tidak pernah puas dengan satu jawaban.
Tidak ada jawaban final. Yang ada adalah proses diskusi terus menerus, sehingga
pandangannya bisa terus menyesuaikan dengan keadaan dunia yang terus berubah
dengan cepat sekarang ini.
Institusi dan Kesadaran
Akan
tetapi, setelah mendalami beragam pandangan filsafat politik, saya sampai pada
pendapat, bahwa semua teori akan percuma, jika ia tidak bisa diterjemahkan ke
dalam institusi, dan sungguh membawa perubahan nyata di dalam kehidupan
bersama. Artinya, inti dasar dari filsafat politik adalah pembangunan
institusi-institusi di dalam masyarakan yang mendorong keadilan dan kemakmuran
bagi semua. Namun, bagaimana cara membangun institusi-institusi tersebut?
Satu cara
adalah dengan memrumuskan regulasi, atau aturan, yang tepat. Namun, aturan
setepat dan seketat apapun tidak akan mampu membangun institusi yang cocok
untuk pengembangan masyarakat. Aturan-aturan itu justru akan dipelintir untuk kepentingan-kepentingan
korup tertentu, dan akhirnya mengorbankan kepentingan bersama. Ini sudah
terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Maka, kita
perlu pendekatan lain. Aturan dan institusi yang kokoh tidak dapat dibangun,
tanpa adanya manusia-manusia bermutu. Mutu dalam arti ini adalah etos hidup
yang unggul, seperti jujur, rajin, mau bekerja keras dan bisa bekerja sama.
Maka, pembentukan manusia-manusia bermutu adalah jalan yang perlu dilakukan
terlebih dahulu. Pembentukan manusia bermutu berarti perubahan kesadaran
mendasar pada tingkat pribadi.
Dapat juga
dikatakan, bahwa tata institusi tidak akan pernah mencukupi, tanpa adanya
perubahan kesadaran secara mendasar. Dititik inilah filsafat kesadaran
memainkan peranannya untuk menunjang filsafat politik. Sama seperti filsafat
politik, filsafat kesadaran memiliki dua pendekatan, yakni deskriptif (memahami
kesadaran manusia sebagaimana adanya) dan normatif (membentuk kesadaran
manusia, sehingga bisa sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya). Untuk melakukan
dua hal ini, filsafat kesadaran tidak bisa hanya menimba ilmu dari ilmu
pengetahuan dan filsafat barat saja, tetapi juga dari filsafat timur.
Memahami Kesadaran
Kesadaran
manusia bukanlah otaknya. Maka, kesadaran tidak dapat dipahami dengan pendekatan
biologis atau neurologis (saraf) semata. Kesadaran juga bukanlah semata
fenomena empiris yang bisa ditangkap dengan indera manusia. Lebih dari itu,
kesadaran juga bukanlah semata konsep yang bisa dipahami dengan akal budi
manusia.
Penelitian
tentang kesadaran, sampai pada titik paling dalam, menunjukkan, bahwa konsep
ini kosong. Tidak ada kesadaran di dalam diri manusia. Lebih tepat dirumuskan,
tidak ada kata dan konsep yang sanggup menjelaskan makna kesadaran secara
memadai. Maka dapat juga disimpulkan, bahwa memahami kesadaran manusia berarti
menyadari sepenuhnya, bahwa ia kosong secara konseptual.
Di dalam
filsafat timur, terutama di dalam tradisi Zen, memahami kesadaran berarti
memahami inti dari seluruh alam semesta, karena manusia dan alam semesta memiliki
substansi kesadaran yang sama. Maka dari itu, dapat dikatakan, bahwa memahami
kesadaran berarti menjalani perubahan kesadaran. Proses ini berarti menyadari
seutuhnya, bahwa kesadaran bukanlah sebuah rumusan konseptual yang bisa
didiskusikan dengan bahasa dan konsep, melainkan sesuatu yang dialami seccara
langsung sebagai ada, tanpa penjelasan apapun. Ketika orang menyadari ini, maka
ia menjalani perubahan kesadaran mendasar, yang berarti juga perubahan
perilaku, dan perubahan mendasar seluruh hidupnya.
Kesadaran
manusia ada, sebelum segala bentuk pikiran, konsep, bahasa ataupun kata
“kesadaran” itu sendiri. Memahami dan menyadari ini secara otomatis membawa
perubahan mendasar pada cara berpikir dan cara hidup seseorang. Inilah
pendekatan normatif di dalam filsafat kesadaran. Ketika banyak orang menyadari
ini, maka otomatis hidupnya akan dibaktikan untuk kepentingan bersama,
institusi-institusi yang kokoh bisa berdiri dan keadilan serta kemakmuran
bersama bisa dicapai.
Ada
hubungan yang amat erat antara perubahan kesadaran dan proses pembangunan
masyarakat yang adil dan makmur. Filsafat politik dan semua ilmu sosial tidak
akan bisa mewujudkan keadilan dan kemakmuran, tanpa mendorong perubahan
kesadaran mendasar di tingkat hidup pribadi. Aspek politik dari filsafat
kesadaran dan aspek personal dari filsafat politik inilah yang luput dari
beragam kajian di kedua bidang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar