Minggu, 25 Desember 2016

Orang Berfilsafat Itu Selalu Berpikir, Tapi… Apakah Orang Berpikir Itu Selalu Berfilsafat?



Hey semua, pada kesempatan kali ini, yuk kita mengkaji sebuah kata cukup unik, yaitu “filsafat”. Ehm… ada yang tahu apa itu filsafat? Sebenernya untuk apa sih filsafat itu? Bahkan nih, dalam pendidikan juga ada yang namanya filsafat pendidikan lho… trus ada nih sebuah pertanyaan yang muncul dalam benak berikut: “Orang berfilsafat itu selalu berpikir, tapi apakah orang berpikir itu selalu berfilsafat?” mau tahu pembahasannya, yuk lanjut membacanya ya…
Filsafat itu sebenarnya berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari kata “philos” yang berarti cinta yang sangat dalam dan “Sophia” yang berarti kearifan atau kebijakan. Jadi, filsafat secara harfiah yaitu cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Pada hakekatnya, filsafat itu dimulai dengan rasa ingin tahu dan dengan rasa ragu-ragu. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Adapun karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas hanya mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri, tapi ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dengan demikian, kita dapat menjawab pertanyaan “Orang berfilsafat itu selalu berpikir, tapi apakah orang berpikir itu selalu berfilsafat?”. Belum tentu karena sebagaimana kita ketahui bahwa filsafat itu muncul dengan adanya rasa ingin tahu dan rasa ragu – ragu, sehingga orang yang berfilsafat itu akan selalu berpikir terhadap apa yang ingin diketahuinya dan berpikir untuk menjawab rasa ragu – ragu yang muncul. Dalam hal ini, orang yang berfilsafat akan berpikir secara kritis untuk menjawab keingintahuannya dengan menggunakan kemampuan pikirnya. Filsafat mencoba mengerti, menganalisis, menilai, dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan dalam jangkauan rasio manusia, secara kritis, rasional dan mendalam. Adapun kesimpulan-kesimpulan filsafat manusia yang selalu cenderung memiliki watak subjektivitas. Sedangkan orang yang berpikir tidak selalu berfilsafat, hal ini terjadi karena orang yang berpikir tidak selalu mencoba mengerti, menganalisis, menilai, dan menyimpulkan persoalan – persoalan yang ada secara kritis. Selain itu, orang yang berpikir pada umumnya hanya memikirkan sesuatu itu hanya sebatas angan – angan saja dan tidak direalisasikan secara aktual. Di sisi lain, filsafat itu juga memberikan dapat beberapa manfaat, yaitu : 1. Mendidik dan membangun diri. 2. Memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan problem sehari-hari 3. Memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan akusentrisme. 4. Latihan untuk berpikir sendiri 5. Memberikan dasar-dasar baik untuk kehidupan pribadi maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Bahkan, dalam pendidikan mengkaji pula filsafat. Nah, yang muncul dalam benak ini pula adalah “mengapa pendidikan juga mengkaji filsafat?” Pada hakekatnya, filsafat dengan pendidikan itu memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenyataan bahwa persoalan – persoalan utama dalam filsafat merupakan landasan utama dalam pendidikan. Seperti siapa manusia, mau kemana manusia, untuk apa manusia hidup yang akan dijadikan landasan untuk menentukan kebijakan – kebijakan dalam pendidikan. Selain itu, dalam pendidikan, filsafat juga dapat memberikan arah, tujuan, menjadi dasar atau landasan dalam merancang program pendidikan, dan menjadi acuan dalam mengevaluasi pendidikan. Nah, itu sedikit penjelasan yang dapat saya berikan. Semoga dapat bermanfaat…^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar